SUKU BADUY
Suku ialah unit sosial madat tertinggi, yang terdiri
dari satu atau lebih marga. Setiap marga terdiri dari minimal satu nama keluarga. Setiap marga memiliki
minimal satu keluarga.
Dalam kasus unik, khususnya di antara bangsa Papua
ada contoh dimana satu marga hanya terdiri dari satu keluarga atau satu suku
memiliki satu marga saja.
Suku bangsa atau kelompok etnik adalah suatu
golongan manusia yang anggota – anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan
sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas
suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok
tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri – ciri
biologis.
Suku bangsa di Indonesia terdapat lebih dari 300.
Suku Jawa adalah suku terbesar di Indonesia dengan
jumlah 41% dari total populasi. Orang Jawa kebanyakan berkumpul di Pulau Jawa
telah bertransmigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di nusantara bahkan
bermigrasi ke luar negeri.
Pembagian kelompok suku di Indonesia tidak jelas dikarenakan perpindahan penduduk, percampuran budaya, dan saling pengaruh, sebagai contoh adalah suku Betawi yang merupakan suku bangsa hasil percampuran berbagai suku pendatang baik dari nusantara maupun orang Tionghoa atau Arab yang datang dan tinggal di Batavia pada era kolonial.
Di Provinsi Jawa terdapat berbagai macan suku, di
antaranya :
· Jawa
Barat
-Suku
Jawa
-Suku
Sunda
-Suku
Baduy / Kanekes
-Suku
Cirebon
· Jawa
Tengah
-Etnis
Tionghoa
-Bagelen
-Banyumas
-Suku Jawa
· Jawa
Timur
-Etnis
Tionghoa
-Nagarigung
-Wong
Samin
-Bawean
-Suku
Madura
-Suku
Tengger
-Suku
Osing
Asal – Usul Suku Baduy
I.
Berasal
dari Kerajaan Pajajaran / Bogor
Abad ke - 11 dan ke – 12 Kerajaan Pajajaran
menguasai seluruh tanah Pasundan yakni dari Banten, Bogor, priangan samapai ke
wilayah Cirebon, pada waktu itu yang menjadi Rajanya adalah Prabu Bramaiya Maisatandraman dengan
gelar Prabu Siliwangi.
Abad ke - 15 dengan masuknya ajaran Agama Islam
yang dikembangkan oleh saudagar-saudagar Gujarat dari Saudi Arabia dan Wali
Songo dalam hal ini adalah Sunan Gunung
Jati dari Cirebon, dari mulai Pantai Utara sampai ke selatan daerah Banten,
sehingga kekuasaan Raja semakin terjepit dan rapuh dikarenakan rakyatnya banyak
yang memasuki agama Islam. Akhirnya raja beserta senopati dan para ponggawa
yang masih setia meninggalkan keraan masuk hutan belantara kearah selatan dan
mengikuti Hulu sungai, mereka meninggalkan tempat asalnya dengan tekad seperti
yang diucapkan pada pantun upacara Suku Baduy.
II. Berasal dari Banten Girang / Serang
Pada waktu itu adalah putra dari Prabu Siliwangi
yang bernama Prabu Seda dengan gelar Prabu Pucuk Umun setelah Cirebon dan sekitarnya dikuasai oleh Sunan Gunung Jati, maka beliau mengutus
putranya yang bernama Sultan Hasanudin bersama para prajuritnya untuk
mengembangkan agama Islam di wilayah Banten dan sekitarnya.
Sehingga
situasi di Banten Prabu Pucuk Umun bersama para ponggawa dan prajurutnya
meninggalkan tahta di Banten memasuki hutan belantara dan menyelusuri sungai
Ciujung sampai ke Hulu sungai , maka tempat ini mereka sebut Lembur Singkur
Mandala Singkah yang maksudnya tempat yang sunyi untuk meninggalkan perang dan
akhirnya tempat ini disebut GOA/ Panembahan Arca Domas yang sangat di
keramatkan .
Keturunan
ini yang kemudian menetap di kampung Cikeusik ( Baduy Dalam ) dengan Khas sama
dengan di kampong Cikeusik yaitu : wataknya keras,acuh, sulit untuk diajak
bicara ( hanya seperlunya ), kuat terhadap hukum Adat, tidak mudah menerima
bantuan orang lain yang sifatnya pemberian, memakai baju putih ( blacu ) atau
dari tenunan serat daun Pelah, iket kepala putih memakai sarung tenun biru tua
( diatas lutut ).
III.
Berasal dari Suku Pengawinan
(campuran)
Pengawinan
adalah dari percampuran suku-suku yang pada waktu itu ada yang berasal dari
daerah Sumedang, priangan, Bogor, Cirebon juga dari Banten.
Golongan inipun
ikut terdesak oleh perkembangan agama Islam sehingga kabur terpencar kebeberapa
daerah perkampungan tapi ada juga yang kabur kehutan belantara, sehingga ada
yang tinggal di Guradog kecamatan Maja, ada yang terus menetap di kampong
Cisungsang kecamatan Bayah, serta ada yang menetap di kampung Sobang dan
kampong Citujah kecamatan Muncang, maka ditempat-tempat tersebut di atas masih
ada kesamaan cirikhas tersendiri. Adapun sisanya sebagian lagi mereka terpencar
mengikuti/menyusuri sungai Ciberang, Ciujung dan sungai Cisimeut yang
masing-masing menuju ke hulu sungai, dan akhirnya golongan inilah yang menetap
di 27 perkampungan di Baduy Panamping ( Baduy Luar ) desa Kanekes kecamatan
Leuwidamar kabupaten Lebak dengan cirri-cirinya ; berpakaian serba hitam, ikat
kepala batik biru tua, boleh bepergian dengan naik kendaraan, berladang
berpindah-pindah, menjadi buruh tani, mudah diajak berbicara tapi masih tetap
terpengaruh adanya hukum adat karena merekan masih harus patuh dan taat
terhadap Hukum adat.
Dari suku Baduy panamping pada tahun 1978 oleh pemerintah diadakan proyek PKMT ( pemukiman kembali masyarakat terasing ) yang lokasinya di kampung Margaluyu dan Cipangembar desa Leuwidamar kecamatan Leuwidamar dan terus dikembangkan oleh pemerintah proyek ini di kampung Kopo I dan II, kampung Sukamulya dan kampung Sukatani desa Jalupangmulya kecamatan Leuwidamar.
Dari suku Baduy panamping pada tahun 1978 oleh pemerintah diadakan proyek PKMT ( pemukiman kembali masyarakat terasing ) yang lokasinya di kampung Margaluyu dan Cipangembar desa Leuwidamar kecamatan Leuwidamar dan terus dikembangkan oleh pemerintah proyek ini di kampung Kopo I dan II, kampung Sukamulya dan kampung Sukatani desa Jalupangmulya kecamatan Leuwidamar.
Populasi mereka
sekitar 5.000 sampai 8.000 orang, dan mereka merupakan salah satu suku yang
menerapkan isolasi dari dunia luar.
Bahasa yang mereka
gunakan adalah Bahasa Sunda.
Orang Kanekes tidak
mengenal budaya tulis, karena mereka tidak pernah mendapatkan pengetahuan dari
sekolah. Sehingga adat – istiadat, kepercayaan / agama, dan cerita nenek moyang
hanya tersimpan dalam tuturan lisan saja.
Masyarakat Baduy
secara umum terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
* Kelompok tangtu
(Baduy Dalam)
Ciri khas orang Baduy Dalam adalah pakaiannya
berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih.
Orang Baduy Dalam masih memegang teguh adat –
istiadat nenek moyang mereka.
Peraturan yang dianut oleh Baduy Dalam,
antara kain :
o Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan
untuk sarana transportasi
o Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki
o Pintu rumah harus menghadap ke utara /
selatan
o Larangan menggunakan alat elektronik
o
Menggunakan kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun
dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.
* Kelompok panamping
(Baduy Luar)
Ciri khas orang Baduy Luar, antara lain :
o Mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam
o Telah mengenal teknologi
o
Proses pembangunan rumah penduduk Kanekes Luar telah menggunakan
alat-alat bantu
o
Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk
laki-laki), yang menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian
modern seperti kaos oblong dan celana jeans
o
Menggunakan peralatan rumah tangga modern
o
Mereka tinggal di luar wilayah Kanekes Dalam
* Kelompok Baduy
Muslim
telah dimukimkan dan
telah mengikuti ajaran agama Islam dan prilakunya telah mulai mengikuti
masyarakat luar serta sudah tidak mengikuti Hukum adat.
Teknologi dan
Peralatan Suku Baduy
Peralatan dan Teknologi
Kehidupan orang Baduy berpusat pada daur pertanian yang diolah dengan
menggunakan peralatan yang masih sangat sederhana. Dalam adat Baduy terutama
Baduy Dalam, masyarakat tidak boleh menggunakan peralatan yang sudah modern.
Mereka mengandalkan peralatan yang masih sangat primitive seperti bedog,
kampak, cangkul, dan lain – lain.
Mata Pencaharian Suku
Baduy
Kehidupan orang Baduy berpenghasilan dari pertanian, dimulai pada
bulan kaampat kalender Baduy yang dimulai dengan kegiatan nyacar yakni membersihkan semua
belukar untuk menyiapkan ladang. Ada 4 jenis lading untuk padi gogo yaitu Huma serang, merupakan suatu
lading suci bagi mereka yang berpemukiman dalam. Huma tangtu merupakan lading yang dikerjakan oleh
orang Baduy Dalam yang meliputi Huma
tuladan atau huma jaro. Huma
penamping merupakan ladang
yang dikerjakan oleh orang Baduy diluar kawasan tradisional.
Kesenian Suku Baduy
a.
Seni Musik (Lagu daerah yaitu Cikarileu dan Kidung ( pantun) yang
digunakan dalam acara pernikahan).
b.
Alat musik (Angklung Buhun
dalam acara menanan padi dan alat musik kecapi)
c. Seni Ukir Batik.
Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Baduy menurut kepercayaan sunda wiwitan:
1.
Upacara Kawalu yaitu upacara yang dilakukan dalam rangka menyambut bulan
kawalu yang dianggap suci dimana pada bulan kawalu masyarakat baduy
melaksanakan ibadah puasa selama 3 bulan yaitu bulan Kasa,Karo, dan Katiga.
2.
Upacara ngalaksa yaitu upacara besar yang dilakukan sebagain uacapan syukur
atas terlewatinya bulan-bulan kawalu, setelah melaksanakan puasa selama 3
bulan. Ngalaksa atau yang bsering disebut lebaran.
3.
Seba yaitu berkunjung ke pemerintahan daerah atau pusat yang
bertujuan merapatkan tali silaturahmi antara masyarakat baduy dengan
pemerintah, dan merupakan bentuk penghargaan dari masyarakat baduy.
4.
Upacara menanam padi dilakukan dengan diiringi angklung buhun sebagai
penghormatan kepada dewi sri lambing kemakmuran.
5.
Kelahiran yang dilakukan melalui urutan kegiatan yaitu:
i. Kendit yaitu upacara 7 bulanan ibu yang sedang hamil.
ii. Saat bayi itu lahir akan dibawa ke dukun atau paraji untiuk
dijampi-jampi.
iii. Setelah 7 hari setelah kelahiran maka akan diadakan acara
perehan atau selametan.
iv. Upacara Angiran yang dilakukan pada hari ke 40 setelah
kelahiran.
v. Akikah yaiotu dilakukannya cukuran, khitanan dan pemberian
nama oleh dukun(kokolot) yuang didapat dari bermimpi dengan mengorbankan ayam.
6. Perkawinan, dilakukan
berdasarkan perjodohan dan dilakukan oleh dukun atau kokolot menurut lembaga
adat (Tangkesan) sedangkan Naib sebagai penghulunya. Adapun mengenai mahar atau
seserahan yakni sirih, uang semampunya, dan kain poleng.
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari tentunya masyarakat baduy disesuaikan dengan penanggalan:
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari tentunya masyarakat baduy disesuaikan dengan penanggalan:
i. Bulan
Kasa
ii. Bulan
Karo
iii. Bulan
Sapar
iv. Bulan Kalima
v. Bulan Kaanem
vi. Bulan Kapitu
vii. Bulan Kadalapan
viii. Bulan Kasalapan
ix. Bulan Kasapuluh
x. Bulan Hapid Lemah
xi. Bulan Hapid Kayu
Kesimpulan :
Orang Baduy / Kanekes adalah suatu kelompok
masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten.
Sumber :
0 komentar:
Posting Komentar