Sabtu, 13 Oktober 2012

Tugas IBD I



SUKU BADUY





Suku ialah unit sosial madat tertinggi, yang terdiri dari satu atau lebih marga. Setiap marga terdiri dari minimal satu nama keluarga. Setiap marga memiliki minimal satu keluarga.
Dalam kasus unik, khususnya di antara bangsa Papua ada contoh dimana satu marga hanya terdiri dari satu keluarga atau satu suku memiliki satu marga saja.
Suku bangsa atau kelompok etnik adalah suatu golongan manusia yang anggota – anggotanya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, biasanya berdasarkan garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku pun ditandai oleh pengakuan dari orang lain akan ciri khas kelompok tersebut dan oleh kesamaan budaya, bahasa, agama, perilaku atau ciri – ciri biologis.
Suku bangsa di Indonesia terdapat lebih dari 300.
Suku Jawa adalah suku terbesar di Indonesia dengan jumlah 41% dari total populasi. Orang Jawa kebanyakan berkumpul di Pulau Jawa telah bertransmigrasi dan tersebar ke berbagai pulau di nusantara bahkan bermigrasi ke luar negeri.



Pembagian kelompok suku di Indonesia tidak jelas dikarenakan perpindahan penduduk, percampuran budaya, dan saling pengaruh, sebagai contoh adalah suku Betawi yang merupakan suku bangsa hasil percampuran berbagai suku pendatang baik dari nusantara maupun orang Tionghoa atau Arab yang datang dan tinggal di Batavia pada era kolonial.


Di Provinsi Jawa terdapat berbagai macan suku, di antaranya :
·  Jawa Barat
-Suku Jawa
-Suku Sunda
-Suku Baduy / Kanekes
-Suku Cirebon

·  Jawa Tengah
-Etnis Tionghoa
-Bagelen
-Banyumas
-Suku Jawa

·  Jawa Timur
-Etnis Tionghoa
-Nagarigung
-Wong Samin
-Bawean
-Suku Madura
-Suku Tengger
-Suku Osing



Asal – Usul Suku Baduy



I.   Berasal dari Kerajaan Pajajaran / Bogor

Abad  ke - 11 dan ke – 12 Kerajaan Pajajaran menguasai seluruh tanah Pasundan yakni dari Banten, Bogor, priangan samapai ke wilayah Cirebon, pada waktu itu yang menjadi Rajanya adalah Prabu Bramaiya Maisatandraman dengan gelar Prabu Siliwangi.
Abad  ke - 15 dengan masuknya ajaran Agama Islam yang dikembangkan oleh saudagar-saudagar Gujarat dari Saudi Arabia dan Wali Songo dalam hal ini adalah Sunan Gunung Jati dari Cirebon, dari mulai Pantai Utara sampai ke selatan daerah Banten, sehingga kekuasaan Raja semakin terjepit dan rapuh dikarenakan rakyatnya banyak yang memasuki agama Islam. Akhirnya raja beserta senopati dan para ponggawa yang masih setia meninggalkan keraan masuk hutan belantara kearah selatan dan mengikuti Hulu sungai, mereka meninggalkan tempat asalnya dengan tekad seperti yang diucapkan pada pantun upacara Suku Baduy.

II.  Berasal dari Banten Girang / Serang

Pada  waktu itu adalah putra dari Prabu Siliwangi yang bernama Prabu Seda dengan gelar Prabu Pucuk Umun setelah Cirebon dan sekitarnya dikuasai oleh Sunan Gunung Jati, maka beliau mengutus putranya yang bernama Sultan Hasanudin bersama para prajuritnya untuk mengembangkan agama Islam di wilayah Banten dan sekitarnya.
Sehingga situasi di Banten Prabu Pucuk Umun bersama para ponggawa dan prajurutnya meninggalkan tahta di Banten memasuki hutan belantara dan menyelusuri sungai Ciujung sampai ke Hulu sungai , maka tempat ini mereka sebut Lembur Singkur Mandala Singkah yang maksudnya tempat yang sunyi untuk meninggalkan perang dan akhirnya tempat ini disebut GOA/ Panembahan Arca Domas yang sangat di keramatkan .
Keturunan ini yang kemudian menetap di kampung Cikeusik ( Baduy Dalam ) dengan Khas sama dengan di kampong Cikeusik yaitu : wataknya keras,acuh, sulit untuk diajak bicara ( hanya seperlunya ), kuat terhadap hukum Adat, tidak mudah menerima bantuan orang lain yang sifatnya pemberian, memakai baju putih ( blacu ) atau dari tenunan serat daun Pelah, iket kepala putih memakai sarung tenun biru tua ( diatas lutut ).

III.   Berasal dari Suku Pengawinan (campuran)

Pengawinan adalah dari percampuran suku-suku yang pada waktu itu ada yang berasal dari daerah Sumedang, priangan, Bogor, Cirebon juga dari Banten.
Golongan inipun ikut terdesak oleh perkembangan agama Islam sehingga kabur terpencar kebeberapa daerah perkampungan tapi ada juga yang kabur kehutan belantara, sehingga ada yang tinggal di Guradog kecamatan Maja, ada yang terus menetap di kampong Cisungsang kecamatan Bayah, serta ada yang menetap di kampung Sobang dan kampong Citujah kecamatan Muncang, maka ditempat-tempat tersebut di atas masih ada kesamaan cirikhas tersendiri. Adapun sisanya sebagian lagi mereka terpencar mengikuti/menyusuri sungai Ciberang, Ciujung dan sungai Cisimeut yang masing-masing menuju ke hulu sungai, dan akhirnya golongan inilah yang menetap di 27 perkampungan di Baduy Panamping ( Baduy Luar ) desa Kanekes kecamatan Leuwidamar kabupaten Lebak dengan cirri-cirinya ; berpakaian serba hitam, ikat kepala batik biru tua, boleh bepergian dengan naik kendaraan, berladang berpindah-pindah, menjadi buruh tani, mudah diajak berbicara tapi masih tetap terpengaruh adanya hukum adat karena merekan masih harus patuh dan taat terhadap Hukum adat.
Dari suku Baduy panamping pada tahun 1978 oleh pemerintah diadakan proyek PKMT ( pemukiman kembali masyarakat terasing ) yang lokasinya di kampung Margaluyu dan Cipangembar desa Leuwidamar kecamatan Leuwidamar dan terus dikembangkan oleh pemerintah proyek ini di kampung Kopo I dan II, kampung Sukamulya dan kampung Sukatani desa Jalupangmulya kecamatan Leuwidamar.


Populasi mereka sekitar 5.000 sampai 8.000 orang, dan mereka merupakan salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar.
Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda.
Orang Kanekes tidak mengenal budaya tulis, karena mereka tidak pernah mendapatkan pengetahuan dari sekolah. Sehingga adat – istiadat, kepercayaan / agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan dalam tuturan lisan saja.



Masyarakat Baduy secara umum terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
* Kelompok tangtu (Baduy Dalam)
Ciri khas orang Baduy Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih.
Orang Baduy Dalam masih memegang teguh adat – istiadat nenek moyang mereka.

Peraturan yang dianut oleh Baduy Dalam, antara kain :
o    Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi
o    Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki
o    Pintu rumah harus menghadap ke utara / selatan
o    Larangan menggunakan alat elektronik
o    Menggunakan kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.

* Kelompok panamping (Baduy Luar)
Ciri khas orang Baduy Luar, antara lain :
o    Mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam
o    Telah mengenal teknologi
o    Proses pembangunan rumah penduduk Kanekes Luar telah menggunakan alat-alat bantu
o    Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk laki-laki), yang menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan celana jeans
o    Menggunakan peralatan rumah tangga modern
o    Mereka tinggal di luar wilayah Kanekes Dalam

* Kelompok Baduy Muslim
telah dimukimkan dan telah mengikuti ajaran agama Islam dan prilakunya telah mulai mengikuti masyarakat luar serta sudah tidak mengikuti Hukum adat.


Teknologi dan Peralatan Suku Baduy

  Peralatan dan Teknologi Kehidupan orang Baduy berpusat pada daur pertanian yang diolah dengan 
menggunakan peralatan yang masih sangat sederhana. Dalam adat Baduy terutama Baduy Dalam, masyarakat tidak boleh menggunakan peralatan yang sudah modern. Mereka mengandalkan peralatan yang masih sangat primitive seperti bedog, kampak, cangkul, dan lain – lain.




Mata Pencaharian Suku Baduy

Kehidupan orang Baduy berpenghasilan dari pertanian, dimulai pada bulan kaampat kalender Baduy yang dimulai dengan kegiatan nyacar yakni membersihkan semua belukar untuk menyiapkan ladang. Ada 4 jenis lading untuk padi gogo yaitu Huma serang, merupakan suatu lading suci bagi mereka yang berpemukiman dalam. Huma tangtu merupakan lading yang dikerjakan oleh orang Baduy Dalam yang meliputi Huma tuladan atau huma jaro. Huma penamping merupakan ladang yang dikerjakan oleh orang Baduy diluar kawasan tradisional.

Kesenian Suku Baduy
a.    Seni Musik (Lagu daerah yaitu Cikarileu dan Kidung ( pantun) yang digunakan dalam acara pernikahan).
b.     Alat musik (Angklung Buhun dalam acara menanan padi dan alat musik kecapi)
c.    Seni Ukir Batik.


Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat Baduy menurut kepercayaan sunda wiwitan:

1.    Upacara Kawalu yaitu upacara yang dilakukan dalam rangka menyambut bulan kawalu yang dianggap suci dimana pada bulan kawalu masyarakat baduy melaksanakan ibadah puasa selama 3 bulan yaitu bulan Kasa,Karo, dan Katiga.

2.    Upacara ngalaksa yaitu upacara besar yang dilakukan sebagain uacapan syukur atas terlewatinya bulan-bulan kawalu, setelah melaksanakan puasa selama 3 bulan. Ngalaksa atau yang bsering disebut lebaran.

3.    Seba yaitu berkunjung ke pemerintahan daerah atau pusat yang bertujuan merapatkan tali silaturahmi antara masyarakat baduy dengan pemerintah, dan merupakan bentuk penghargaan dari masyarakat baduy.

4.    Upacara menanam padi dilakukan dengan diiringi angklung buhun sebagai penghormatan kepada dewi sri lambing kemakmuran.

5.    Kelahiran yang dilakukan melalui urutan kegiatan yaitu:
          i.     Kendit yaitu upacara 7 bulanan ibu yang sedang hamil.
        ii.     Saat bayi itu lahir akan dibawa ke dukun atau paraji untiuk dijampi-jampi.
      iii.     Setelah 7 hari setelah kelahiran maka akan diadakan acara perehan atau selametan.
      iv.     Upacara Angiran yang dilakukan pada hari ke 40 setelah kelahiran.
        v.     Akikah yaiotu dilakukannya cukuran, khitanan dan pemberian nama oleh dukun(kokolot) yuang didapat dari bermimpi dengan mengorbankan ayam.

6. Perkawinan, dilakukan berdasarkan perjodohan dan dilakukan oleh dukun atau kokolot menurut lembaga adat (Tangkesan) sedangkan Naib sebagai penghulunya. Adapun mengenai mahar atau seserahan yakni sirih, uang semampunya, dan kain poleng.
Dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari tentunya masyarakat baduy disesuaikan dengan penanggalan:
          i.     Bulan Kasa              
        ii.     Bulan Karo              
      iii.     Bulan Sapar                                                                                   
      iv.     Bulan Kalima  
        v.     Bulan Kaanem 
      vi.     Bulan Kapitu
    vii.     Bulan Kadalapan
  viii.     Bulan Kasalapan
      ix.     Bulan Kasapuluh
        x.     Bulan Hapid Lemah
      xi.     Bulan Hapid Kayu       

Kesimpulan :
Orang Baduy / Kanekes adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten Lebak, Banten.

Sumber :
















0 komentar:

Posting Komentar