Rabu, 05 Juni 2013

info



Merokok dan Duduk Terlalu Lama Sama-sama Berbahaya

Seperti kita tahu kalau merokok dapat menjadi salah satu penyebab orang meninggal. Tapi tahukah kamu kalau dudk dengan waktu yang terlalu lama juga bisa menyebabkan seseorang terkena penyakit kanker.
Dr James Levine, seorang dokter Mayo Clinic di Rochester menyebutkan bahwa sitting disease atau penyakit yang ditimbulkan akibat duduk terlalu lama sama seperti penyakit yang ditimbulkan akibat efek samping dari merokok.
Menurut Dr Levine, dalam sebuah penelitian, orang dewasa ya g menghabiskan lebih dari empat jam sehari duduk di depan televisi memiliki 80 persen peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung, dibandingkan dengan orang dewasa yang menghabiskan kurang dari dua jam duduk di depan televisi.
“Risiko ini terlepas dari faktor risiko lain seperti merokok dan diet yang tak sehat,” lanjut Dr Lavine.
Dalam studi lain, duduk terlalu lama juga terkait dengan risiko kanker. Total kanker yang terkait dengan terlalu lama duduk sebanyak 173.000 kasus kanker terdiri dari 49.000 kasus kanker payudara, 43.000 kasus kanker usus, 37.200 kasus kanker paru-paru, 30.600 kasus kanker prostat, 12.000 kasus kanker endometrium, dan 1.800 kasus kanker ovarium.
“Solusinya bukan menambah waktu nge-gym, yang tampaknya tidak mengimbangi risiko tersebut. Tapi sebaliknya, solusinya adalah kurangi waktu duduk dan bergeraklah lebih banyak,” tegas Dr Levine.
Cukup dengan berdiri, kamu akan membakar tiga kali lebih banyak kalori ketimbang hanya duduk. Kontraksi otot termasuk yang diperlukan untuk berdiri tampaknya juga memicu proses penting yang berkaitan dengan pemecahan lemak dan gula.
“Ketika kamu duduk, kontraksi otot berhenti dan ini adalah proses perlambatan,” lanjut Dr Levine.

Selasa, 04 Juni 2013

info



4 Kebiasaan Ampuh Tangkal Penyakit Jantung

Para ahli menyebutkan ada empat kebiasaan sehat yang dapat menjaga kita terbebas dari penyakit jantung. Mereka menemukan kebiasaan-kebiasaan itu dapat mengurangi risiko penyakit jantung hingga 80 persen selama periode delapan tahun.
Kebiasaan-kebiasaan itu adalah olahraga teratur, memiliki pola makan ala Mediterranean, menjaga berat badan normal, dan yang paling penting adalah tidak merokok.
Sebuah studi besar yang dilakukan di Johns Hopkins University juga menemukan hubungan signifikan antara faktor gaya hidup dan kesehatan jantung selama periode waktu yang relatif pendek.
Ketua studi Haitham Ahmed, dari Ciccarone Center untuk Prevention of Heart Disease di Johns Hopkins mengatakan, ini adalah studi pertama yang menemukan hubungan protektif antara gaya hidup rendah risiko dan tanda-tanda awal dari penyakit pembuluh darah, penyakit jantung koroner (PJK), dan kematian dalam satu periode waktu.
Studi yang dipublikasi dalam American Journal of Epidemiology ini mengevaluasi data lebih dari 6.200 pria dan wanita yang berusia 44 hingga 84 tahun. Para peserta memiliki latar belakang mulai dari kulit putih, Afrika-Amerika, Hispanik, dan China.
Mereka diikuti rata-rata 7,6 tahun. Mereka yang melakukan gaya hidup sehat memiliki tingkat kematian 80 persen lebih rendah selama periode waktu tersebut dibandingkan dengan mereka yang tidak menjalani gaya hidup sehat. Bahkan studi ini melibatkan enam pusat pemeriksaan kesehatan untuk memberikan diagnosa yang akurat dari penyakit kardiovaskular.
Selama studi berlangsung, para peneliti juga mencatat jika ada peserta yang mengalami serangan jantung, nyeri dada, angioplasti, atau meninggal karena PJK dan penyebab lain. Selain itu, mereka memberikan penilaian dari 1 (paling tidak sehat) hingga 4 (paling sehat) berdasarkan gaya hidup sehat yang para peserta jalani.
Hasilnya ada dua persen atau 129 peserta yang memiliki nilai 4, yang berarti mereka memiliki risiko 80 persen lebih rendah selama periode waktu tersebut.
Pakar kesehatan jantung dan profesor di Johns Hopkins University School of Medicine sekaligus penulis senior dari studi Roger Blumenthal mengatakan, dari semua faktor gaya hidup sehat tersebut, tidak merokok adalah faktor yang paling memiliki peran besar dalam mengurangi risiko PJK dan kematian.
"Faktanya, para perokok yang menjalani dua atau lebih kebiasaan sehat masih memiliki angka kelangsungan hidup yang lebih rendah setelah 7,6 tahun daripada non-perokok yang jarang beraktivitas dan obesitas," tutur Blumenthal.
Para peneliti menekankan, kebiasaan sehat bukan hanya memberikan manfaat untuk mengurangi risiko penyakit jantung, tetapi juga kematian yang diakibatkan hal lain.

Sumber:


info



Menyedihkan, Remaja Merokok
Kompas, Jumat, 8 Mei 2013

Remaja merokok semakin menjadi pemandangan biasa di sekitar kita. Nyaris tak ada tempat yang mampu membatasi pelajar melakukan aktivitas merugikan kesehatan itu. Bahkan, di sekitar sekolah kini banyak yang tak sepenuhnya bebas rokok. Banyak pelajar kini tidak perlu sembunyi-sembunyi merokok di belakang sekolah.
Semakin banyak dan mudahnya menjumpai pelajar usia 14 tahun sampai 18 tahun merokok menandakan bahwa jumlah perokok usia muda makin meningkat. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, di seluruh Indonesia, pelajar dan remaja usia 15-19 tahun yang merokok setiap hari sebanyak 28,2 persen. Khusus untuk wilayah DKI Jakarta, angka pelajar yang merokok setiap hari mencapai 44,6 persen.
Menyedihkan melihat kenyataan anak muda tak peduli dengan kesehatan sendiri. Padahal, sebagian besar dari pelajar perokok tahu bahaya besar yang mengancam para perokok.
Keadaan itu sesuai dengan hasil survei mengenai perilaku merokok di kalangan pelajar yang diadakan Modernisator-sebuah gerakan generasi muda Indonesia yang prihatin terhadap energi negatif di Indonesia-dengan Fakultas Ekonomi Universitas trisakti, Jakarta, dan Laboratorium Pengembangan Ekonomi Pembangunan Universitas Airlangga, Surabaya.
Dua survei terhadap pelajar tingkat SMP dan SMA di Jakarta dan Surabaya pada Oktober-November 2012 itu memberi hasil hampir sama.
Dari jumlah perokok pemula, misalnya, di Surabaya, 12,98 persen dari 1.009 responden cowok dan cewek merokook setiap hari. Sebanyak 71 persen responden perokok mulai merokok kurang dari setahun. Jumlah responden yang merokok memang tak banyak, tetapi mereka merokok 1-6 batang rokok per hari.

Beli eceran
Heran ya, dari mana saja mereka mendapat rokok itu? Ternyata, 87 persen anak Surabaya yang merokok itu menggunakan sebagian uang jajan mereka untuk merokok. Uang jajan mereka rata-rata Rp. 10.000 per hari, tetapi ada juga yang mencapai Rp. 50.000 sampai Rp. 100.000 per hari.
Hal sama dilakukan responden pelajar perokok di Jkarta. Sebanyak 35,8 persen menggunakan uang saku mereka untuk membeli rokok yang biasanya dibeli secara eceran. Mereka membeli rokok secara eceran yang harga per batangnya Rp. 1.000 sampai Rp. 2.000 (tergantung merek).
Ini dibenarkan oleh Rahul, pelajar kelas XI SMA di Jakarta, yang beru merokok setahun terakhir. Ia menggunakan uang sakunya untuk membeli rokok. Ia langsung membeli satu pak karena jenis rokok yang ia konsumsi tak dijual eceran. Namun, teman satu kelasnya yang juga perokok biasa membeli rokok secara eceran di warung dekat sekolahnya. “Di dekat sekolah banyak penjual rokok ketengan (eceran) kok. Kalo lagi enggak punya duit, ya beli saja sebatang,” kata Rahul.
Faktor kemudahan mendapatkan rokok, terutama dari pedagang yang ada di sekitar sekolah dan gencarnya iklan rokok, menjadi pendukung dari terus naiknya jumlah perokok muda.

Belum siap
Menariknya, dari kedua survei, responden pelajar perokok sama-sama tahu, merokok itu berbahaya karena memunculkan aneka penyakit, mulai dari yang paling ringan, yakni membuat mulut berbau dan memunculkan noda pada gigi, sampai risiko paling fatal berupa penurunan mental dan fisik anak yang dilahirkan (bagi perempuan perokok), penyakit jantung, dan kanker paru.
Berdasarkan survei tersebut, 90 persen responden di Surabaya memiliki pengetahuan cukup bagus tentang pengaruh rokok terhadap kesehatan. Mereka mampu menjawab pertanyaan tentang dampak buruk merokok dan gangguan kesehatan akibat merokok secara benar.
Kondisi di Jakarta pun sama. Responden tahu persis bahwa perokok pasif memiliki risiko gangguan kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan perokok aktif dan pada sebatang rokok terkandung lebih dari 4.000 zat kimia yang berbahaya bagi tubuh.
“Iya, saya tahu merokok bisa membuat impotensi dan kanker. Saya sebagai perokok bisa berhenti total sampai pada titik enggak mau merokok.” Ujar Rahul.
Sementara Dimas, di Jakarta Pusat, mengaku, ia kadang-kadang sering merenung memikirkan ancaman berbagai penyakit yang bisa menyerang dia sebagai seorang perokok. “Kalau ingat risikonya, kadang terpikir mending berhenti merokok,” katanya. Masalahnya, sama dengan Rahul, ia sudah pada taraf kecanduan rokok. Setiap kali sedang stres atau malah ketika berkumpul dengan teman sesama perokok niat merokoknya muncul lagi.
Ketika ditanya apakah sudah siap terkena penyakit akibat merokok, mereka sama-sama menggelengkan kepala,. “Wah, saya belum siap,” kata Rahul.
Nah, kawan-kawan, sepintas merokok itu kelihatan nikmat dan terkesan jantan, gaul, tetapi siapkah kalian mendapatkan risiko terkena berbagai penyakit karena rokok? Bila kamu tidak siap sakit, apa pun alasanmu untuk merokok lebih baik stop kebiasaan merokok. Bila tidak, saat kamu sakit, yang nemanya macho, trendy, dan pelepas stres itu tak ada lagi. Yang kamu terima hanya kesakitan yang menimbulkan penderitaan panjang.


REMAJA MEROKOK
KETERANGAN
SURABAYA
Oktober-November 2012
JAKARTA
Oktober-Desember 2012
Pengaruh teman/
lingkungan yang
merokok
95%
75%
Merokok karena
pengaruh keluarga
63%
75,5%
(ayah perokok)
Memilih rokok filter
84%
81%
Banyaknya merokok
per hari
82%
(1-6 batang)
47,5%
(kurang dari 4 batang)
22,7%
(4-8 batang)
Membeli rokok
dari warung
76%
85,7%

Keterangan:
Surabaya: N=1.009 siswa SMP dan SMA; 56% perempuan dan 44% laki-laki
Jakarta:     N=1.435 siswa SMP dan SMA; 42% perempuan dan 58% laki-laki

(Survei Modernisator dengan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta, dan Laboratoriun Pengembangan Ekonomi Pembangunan Universitas Airlangga, Surabaya)

Jumat, 24 Mei 2013

bahasa inggris



CAN
·      He can play soccer.
·      I can understand that sentence.
·      She can make cupcakes.
·       He can play the guitar for her.
·       I can finish writing the paper today.

COULD
·      She could dance when she was child.
·      She could type very fast when she was young.
·      He could drive when he was young.
·      Bobby could speak english well when he was 20 years old.
·      He told me that he could help me.