Fakta menunjukkan suatu kebenaran informasi, artinya hal
atau peristiwa tersebut terbukti benar-benar ada. Dalam bahasa Indonesia, fakta
adalah pernyataan yang tak terbantahkan kebenarannya. Pernyataan itu berupa
kalimat yang ditulis berdasarkan kenyataan, peristiwa, atau keadaan yang
benar-benar terjadi secara objektif. Objektif berarti dapat ditangkap oleh
indra dan mengandung kepastian. Ciri-ciri fakta adalah sebagai berikut:
a.
Benar-benar ada,
terjadi, dan ada buktinya
b.
Merupakan jawaban
dari pertanyaan: apa, siapa, kapan, dimana, atau berapa
c.
Menunjuk pada suatu
benda, orang, waktu, tempat, peristiwa, atau jumlah tertentu.
Dalam
penggunaannya fakta memiliki dua sifat, yaitu:
a.
Fakta Umum
Fakta
umum yaitu fakta/keadaan/peristiwa yang dapat ditemukan atau terjadi secara
umum, atau sudah merupakan kelaziman.
Contoh:
Matahari terbit dari timur dan terbenam di barat setiap hari.
b.
Fakta Khusus
Fakta
khusus yaitu fakta/keadaan/peristiwa yang ditemukan atau terjadi secara khusus
atau istimewa atau ada keadaan tertentu saja.
Contoh:
Pasangan Jokowi-Jusuf Kalla memenangi pilpres tahun 2014.
Fakta sebagai
unsur dasar dalam penalaran ilmiah. Menurut Minto Rahayu (2007:35), “Penalaran
adalah proses berpikir yang sistematis untuk memperoleh kesimpulan atau
pengetahuan yang bersifat iliah. Bernalar akan membantu manusia berpikir lurus,
efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari
kekeliruan. Dalam segala aktifitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan
diri atas prinsip penalaran. Bernalar mengarah pada berpikir benar, lepas dari
berbagai prasangka emosi dan keyakinan seseorang, karena penalaran mendidik
manusia bersikap objektif, tegas, dan berani merupakan suatu sikap yang
dibutuhkan dalam segala kondisi”. Penulisan ilmiah mengemukakan dan membahas fakta
secara logis dan sistematis dengan bahasa yang baik dan benar. Ini berarti
bahwa untuk menulis penulisan ilmiah diperlukan kemampuan menalar secara
ilmiah.
Selain itu
dalam aspek fakta agar dapat membuat kesimpulan yang sah tentang sifat golongan
tertentu yang berdasarkan satau atau beberapa yang diamati, hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah mengenai klasifikasi, generalisasi dan spesifikasi,
analogi, dan hubungan sebab-akibat.
1)
Klasifikasi
Membuat
klasifikasi mengenai sejumlah fakta, berarti memasukkan atau menempatkan
fakta-fakta ke dalam suatu hubungan logis berdasarkan suatu sistem. Suatu
klasifikasi akan berhenti, tidak dapat diteruskan lagi jika sudah sampai kepada
individu yang tidak dapat diklasifikasikan lebih lanjut meskipun dapat
dimasukkan ke dalam suatu spesies.
2)
Generalisasi dan
Spesifikasi
Dari
sejumlah fakta atau gejala yang diamati, ditarik kesimpulan umum tentang
sebagian atau seluruh gejala yang diamati itu. Proses penarikan kesimpulan yang
dilakukan dengan cara itu disebut generalisasi. Jadi, generalisasi adalah
pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian besar gejala yang
diamati. Karena itu suatu generalisasi mencakup ciri-ciri esensial atau yang
menonjol, bukan rincian. Di dalam pengembangan karangan, generalisasi perlu dibuktikan
dengan fakta yang merupakan spesifikasi atau ciri khusus sebagai penjelasan
lebih lanjut.
Ungkapan
yang biasa digunakan dalam generalisasi antara lain: biasanya, pada umumnya,
sebagian besar, semua, setiap, tidak pernah, dan sebagainya. Dan ungkapan yang
digunakan dalam penunjang generalisasi antara lain: misalnya, sebagai contoh,
untuk menjelaskan hal itu, sebagai bukti, dan sebagainya.
3)
Analogi
Persamaan
antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain atau
membandingkan sesuatu dengan lainnya berdasarkan atas persamaan yang terdapat
di antara keduanya.
Analogi
terdiri dari dua macam, yaitu:
a)
Analogi penjelas
(deklaratif) yaitu perbandingan untuk menjelaskan sesuatu yang baru berdasarkan
persamaannya dengan sesuatu yang telah dikenal, tetapi hasilnya tidak
memberikan kesimpulan atau pengetahuan yang baru.
b)
Analogi induktif
yaitu suatu proses penalaran untuk menarik kesimpulan (referensi) tentang
kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran suatu gejala khusus lain
yang memiliki sifat-sifat esensial penting yang bersamaan. Jadi, dalam analogi
induktif yang perlu diperhatikan adalah persamaan yang dipakai merupakan
ciri-ciri esensial penting yang berhubungan erat dengan kesimpulan yang
dikemukakan.
4)
Hubungan
Sebab-Akibat
Hubungan
ketergantungan antara gejala-gejala yang mengikuti pola sebab-akibat,
akibat-sebab, dan akibat-akibat.
a)
Penalaran
sebab-akibat dimulai dengan pengamatan terhadap suatu sebab yang diketahui.
b)
Penalaran
akibat-sebab dimulai dari suatu akibat yang diketahui.
c)
Penalaran
akibat-akibat berpangkal dari suatu akibat dan berdasarkan akibat tersebut dan
langsung dipikirkan akibat lain tanpa memikirkan sebab umum yang menimbulkan
kedua akibat itu.
Sumber
Referensi:
0 komentar:
Posting Komentar